Monday, September 19, 2011

Catatan Tentang Sebuah Desa Pada 16 September

Dan sugul gunung melontarkan kata-kata angin
lalu terucaplah puisi ayat-ayat syurga
menggetarkan pucuk-pucuk padi
sebidang bendang
tersentaklah siburung balai
yang keasyikan menitip cinta
di tangkai-tangkai padi.

Mungkinkah desa sematang budi ini
ditakluki selubung sunyi dan sangsi
lalu aku umpama sepohon sena
gerigis tak berdaun di hujung permatang
terpanggang sengsara musim ke musim
sedang lalang dan semalu
mekar berbunga di dada bendang dan halaman.

Sesekali corong surau tua
mengembalikan azimat
tentang penyatuan mencari hakiki
sekalipun klise asyik puisi-puisi itu
disenandungkan ke lubuk jiwa
setiap warga seluruh desa.

Dan aku kira matahari pagi ini lebih mengerti
memulangkan kebenaran
sejarah peradaban
sebuah desa sematang budi
yang dikembirikan kanun dan teori
haloba yang rakus kuasa.


Brirasa
Pinggiran Desa Sematang Budi, Alor Setar
16 September 2011.

1 comment: